Mahasiswa KKN di Padang Tualang Adakan Seminar GEMAR CETING

Table of Contents

BERITA LANGKAT - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Washliyah Kota Binjai yang tergabung dalam Posko 04 berkolaborasi dengan Pemerintah Kecamatan Padang Tualang, Puskesmas Tanjung Selamat, dan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara melaksanakan kegiatan seminar GEMAR CETING (Gerakan Pembinaan Catin Remaja Cegah Stunting) di Aula Kantor Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Selasa (20/8).

Seminar tersebut dihadiri oleh pasangan calon pengantin.

Untuk memperkuat materi yang disampaikan, mahasiswa KKN Posko 04 mengundang narasumber, yaitu Ibu Maulida Hanim, SST, Staf Seksi Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Wakil Ketua BPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Langkat Fahmi Wiranda dan Dr H Muhammad Khalid MA selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padang Tualang.

Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, khususnya bagi para calon pengantin yang nantinya akan menjadi orang tua, mengenai pentingnya pencegahan stunting sejak dini.

Adinda Syahputra, ketua kelompok KKN Posko 04 STIT Al-Washliyah Kota Binjai menyampaikan Pemerintah Pusat hingga daerah bersama berkolaborasi mencegah stunting.

"Pencegahan Stunting merupakan kegiaatan yang sedang digalakkan di seluruh Indonesia," ucapnya.

"Hal ini tentu karena berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bahwa angka stunting pada tahun 2023 tercatat sebesar 21,5%. Sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada tahun 2024. Dan hal ini lah yang menjadi dasar digalakkan nya pencegahan Stunting," lanjutnya.

Dalam sambutannya Camat Kecamatan Padang Tualang Muhammad Izwanda SE Kp MSP menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang hadir.

"Terimakasih kepada Bapak/Ibu calon pengantin yang telah hadir disini, Wakil Ketua Hipmi Langkat serta pihak-pihak yang turut serta mensukseskan seminar GEMAR CETING ini," tutur Izwanda didampingi Sekretaris Pemerintah Kecamatan Padang Tualang Riswanto S.Sos.

"Kegiatan pembinaan ini akan kami lakukan per 3 bulan sekali sebagai komitmen Pemerintah Kecamatan Padang Tualang yang hari ini sedang gencar sekali menekan angka Stunting," lanjut Camat.

Sementara perwakilan Dinas Kesehatan Langkat, Maulida Hanim, SST menjelaskan stunting bukanlah hal baru bagi kita. Stunting adalah gagal tumbuh pada balita yang ditandai dengan tubuh yang pendek. Ini akibat kekurangan nutrisi secara terus menerus.

"Kita tau tumbuh kembang anak balita sangat pesat di umur 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Yaitu mulai umur nol (sejak dalam kandungan) sampai usia anak umur 2 tahun. Di usia inilah otak anak berkembang pesat. Ini yang ingin kita kejar," jelasnya.

Maka, lanjut Maulida, bicara penanganan stunting, kita tidak sebatas meninggikan tubuh balita yang pendek, atau sekedar menggemukkan balita yang kurus. Kita mau kejar kecerdasan otak nya.

"Sehingga kita berharap, walaupun nantinya anak balita yang stunting ini terlambat pertumbuhan badannya, namun tetap sehat dan cerdas," kata penulis cerpen dan buku berjudul "Miracle Of Love" yang segera terbit. Tulisan berupa atikel bisa di baca di @mol-office.com.

Ia menambahkan Sehingga selama kecilnya, Balita tidak menyusahkan orang tua karena sering sakit. Dan ketika di sekolah tidak menyusahkan guru nya, karena susah diajarin.

"Dan dihari tuanya tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya," kata Maulida.

Untuk itu, kata Maulida, sekarang ini sudah mulai ada rencana pemerintah untuk menambah 1000HPK, menjadi 2000HPK. Dijelaskannya, artinya sampai usia anak 5 tahun, masih kita pantau dan kejar terus pertumbuhan dan perkembangannya, dengan nutrisi yang baik.

"Kepada ibu-ibu calon pengantin (catin), untuk pencegahan stunting; saya harapkan harus pinter masak ya. Karena stunting tidak terjadi dengan tiba-tiba," harapnya.

Lebih jauh Maulida menjelaskan biasanya terjadi saat usia 6 bulan ke atas, dimana pada umur 6 bulan ke atas ASI hanya mencukupi 70% dari kebutuhan gizi balita, sedangkan 30% nya harus ditambah dari makanan pendamping ASI.

"Nah, dalam penyediaan makanan tambahan inilah ibu-ibu harus pinter-pinter berkreasi gimana caranya agar anak mau makan produk olahan panganan lokal, sehingga tidak terjadi kekurangan gizi terus menerus yang mengakibatkan stunting," kata dia.

Tambahnya lagi, kita harus pastikan bahwa anak stunting yang ada sekarang ini hanyalah kekurangan nutrisi, tidak kekurangan cinta dan kasih sayang.

"Karena kekurangan cinta dan kasih sayang sama dengan kekurangan makanan dan lauk pauknya. Bahkan, gejala dan tanda tubuhnya pun sama," jelas Maulida, seorang trainer hypnotherapy, dan pemberdayaan diri berbasis cinta yang dikenal dengan "miracle of love".

Jadi, tegas Maulida, dalam penanganan stunting harus sesuai penyebabnya. Sehingga tepat sasaran.

Sementara itu, Fahmi Wiranda, Wakil Ketua Hipmi Kabupaten Langkat yang menjadi salah satu narasumber menyampaikan bahwa "mindset anak muda zaman sekarang harus diubah, yang setelah selesai kuliah mau cari kerja harus diubah setelah kuliah harus membuka lapangan kerja.

"Dan seorang wirausaha harus mampu melihat peluang-peluang yang ada, seperti pencegahan Stunting ini dapat menjadi peluang dalam berwirausaha seperti memanfaatkan produk lokal sebagai makanan pencegah stunting oleh UMKM lokal," kata Direktur Utama (Dirut) PT Wiranda Nawasena Group

Turut hadir dalam seminar ini, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Abdul Rahim MPd STIT Al-Washliyah Kota Binjai. (rel/rahim)